Langsung ke konten utama

Postingan

Membaca, Cinta untuk Perempuan yang Tidak Sempurna

Identitas buku Cinta untuk Perempuan yang Tidak Sempurna oleh Najelaa Shihab Cetakan pertama Juli 2020 oleh penerbit Literati, Ciputat. dengan 160 halaman Aku membaca melalui aplikasi iPusnas  Aku sudah jatuh cinta pada buku ini sejak di Kata Pengantar. Kalau kalian mencari esai akademik, saya rasa buku ini tidak terlalu cocok, karena buku ini lebih cocok disebut curahan perasaan dari penulis atas pengalaman-pengalamannya. Terbagi dalam 17 Chapter, dan sebelum masuk ke Chapter baru disajikan kutipan yang mungkin menggambarkan tersebut. "Kebahagiaan dilengkapi oleh begitu banyak kelekatan hubungan. Tanpa pasangan tidak menghapus keberhasilan lain yang sudah diraih perempuan." -Halaman 25 Dalam Chapter 4, tulisan di dalamnya sangat kompleks. Menggambarkan peran seorang perempuan sebagai istri, menantu, ibu, sekaligus anak. "Perempuan yang berkarya di luar rumah, bukan sekadar untuk mendapatkan uang, tetapi menjadi teladan; bukan hanya mendukung ekonomi, tetapi menjalankan

Setiap hal, adalah jalan

 Aku agak menyesal karena gagal memberikan hadiah buku untuk seseorang. Dua hari aku merasa gagal karena ketakutanku dalam melakukan suatu hal. Terlalu banyak berpikir, sampai lupa bahwa waktu terus mengalir. Meninggalkan aku dalam keraguan. Setelah berhari-hari tidur dalam keadaan tak nyenyak, aku sampai di hari ini. Hari ketika aku bersyukur tak memberinya bungkusan cokelat dengan ikatan tali rami. Kelak, aku akan memberinya bungkusan serupa. Buku tulisan karyaku sendiri, yang diikat dengan tali rami. Kelak akan berisi tanda tanganku, dan untuk buku yang kupegang, akan kumintai tanda tanganmu. Bismillah. 2 September 2022.

Ganjil

 Mengapa sering sekali orang berkata "selamat menggenap" ketika berada di pernikahan seseorang? Apa lantas sendiri itu ganjil? Janggal? Tak utuh? Kasihan sekali. Padahal tak semua orang nyaman bersama. Bersama kan bukan perkara menggenapi diri. Justru kau harus sudah genap ketika memutuskan untuk menjalin hubungan... ray

Tulisan Sederhana sewaktu Sumpah Pemuda

Sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928 di Jakarta merupakan sepenggal kisah dari runtutan peristiwa yang menjadikan pemuda sebagai tokoh utamanya.  Sebelum itu, terdapat peristiwa-peristiwa yang akhirnya melahirkan gagasan terkait bahasa persatuan. Kemudian gagasan tersebut secara resmi baru ditegaskan melalui Kongres Pemuda II.  Melalui Kongres tersebut, lahirlah tiga ikrar penting: Pertama Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. Kedoea Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Ketiga Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia. Pada saat itu organisasi pemuda masih bersifat kedaerahan. Masing-masing daerah membentuk gerakan lokal dengan ciri khasnya sendiri. Setelah peristiwa Kongres Pemuda II tersebut, barulah organisasi pemuda yang bersifat kedaerahan tersebut melebur menjadi satu. Maka pada tanggal 31 Desember 1930, lahirlah Perkoempoelan Indonesia M

menemukan

Satu bulan lalu, referensi lagu yang ku dengarkan, mendadak berubah. Lagu-lagu yang membuatku berkata, "mengapa baru sekarang?" Itu lagu-lagu Hindia dan .feast, tetapi lebih tepat disebut sebagai karya dari Baskara Putra. Ketika mendengar lagu Hindia, aku seolah sedang dibela. Seperti ada seseorang yang siap berdiri di sampingmu dan terus menyemangati.  Melalui lagu-lagu .feast, aku seolah dibawa menuju perjalanan panjang. Menemukan, belajar, kemudian mengerti dan peduli. Keduanya sama-sama memberi pengalaman yang berbeda. Akan berbeda rasanya saat pertama kali mendengarkan, kemudian kedua kali ketika tahu apa latar belakang lagu tersebut, dan ketiga kali ketika mengerti bahwa lagu tersebut sangat luas pemaknaannya. Tingkatan yang ada memberi pengalaman mendengarkan yang beda pula efeknya. Bersama .feast, seolah kita sedang diberi suatu topik, kemudian kita bertugas mengulik lebih dalam. Bersama Baskara, aku merasa harus belajar lagi tentang banyak hal di dunia ini. Politik,

Euforia

Beberapa waktu terakhir, ada seseorang yang membuat bunga-bunga di hati bermunculan. Ia jadi panutan,  Referensi bacaan,  Sumber candaan.  Terlalu banyak waktu untuk mencintai orang lain Sampai lupa diri,  Lupa mencintai diri sendiri.  Beruntungnya ada orang yang menyadarkan,  Di tengah hiruk pikuk fanatisme pada yang jauh,  Seseorang lain mendekat, Ia yang tahu tetapi biasa saja,  Mengikuti tetapi tidak terlalu memahami.  Ternyata benar,  Dirinya biasa saja, Keren, iya. Tetapi biasa saja Cerdas, iya. Tetapi banyak juga yang cerdas seperti itu.  Cinta sudah membutakan bahwa dia sempurna.  Tentu tidak sesempurnya yang diidamkan, tetapi pasti cukup menjadi sosok ideal yang bisa dibayangkan.  Ah, iya.  Selama ini aku terlalu melebih-lebihkan semuanya.  Mengatakan bahwa ia luar biasa,  Seolah ia pusat semesta.  Sampai waktu ketika kau berkata,  Bahwa kau tak tertarik dengannya.  Kalimat itu yang membuatku berpikir,  Apa yang membuat ia menarik?  Ah, sepertinya memang biasa saja Tidak seker

menghitung hari

Agustus berjalan lambat, sebelum tanggal 22 itu. Minggu pertama, "aku kasih hadiah apa ya?"  Minggu kedua, "tanggal 22 harus upload foto ig ah, biar sekalian perayaan." Minggu ketiga, "ucapannya pake foto ini aja deh." Kemudian sabtu datang dengan sangat anggun.  Selamat ulang tahun, bang Dzawin! Terlalu banyak yang ingin diucapkan, sampai akhirnya memutuskan untuk diam saja.  Hari itu aku melihat banyak sekali video atau fotomu berkeliaran di media sosial.  Banyaak sekali.  Sampai aku bosan... Mungkin, ini semua memang terlalu berlebihan ya... Tiba-tiba saja sudah tanggal 28. Kelewat jauh untuk mengungkapkan. Terlampau jauh untuk mengucapkan. Sampai kemudian sadar,  Ulang tahun, menjadi momen paling menyebalkan. Sama sekali tidak istimewa.