Langsung ke konten utama

Euforia

Beberapa waktu terakhir, ada seseorang yang membuat bunga-bunga di hati bermunculan.
Ia jadi panutan, 
Referensi bacaan, 
Sumber candaan. 

Terlalu banyak waktu untuk mencintai orang lain
Sampai lupa diri, 
Lupa mencintai diri sendiri. 

Beruntungnya ada orang yang menyadarkan, 
Di tengah hiruk pikuk fanatisme pada yang jauh, 
Seseorang lain mendekat,
Ia yang tahu tetapi biasa saja, 
Mengikuti tetapi tidak terlalu memahami. 
Ternyata benar, 
Dirinya biasa saja,
Keren, iya. Tetapi biasa saja
Cerdas, iya. Tetapi banyak juga yang cerdas seperti itu. 
Cinta sudah membutakan bahwa dia sempurna. 
Tentu tidak sesempurnya yang diidamkan, tetapi pasti cukup menjadi sosok ideal yang bisa dibayangkan. 

Ah, iya. 
Selama ini aku terlalu melebih-lebihkan semuanya. 
Mengatakan bahwa ia luar biasa, 
Seolah ia pusat semesta. 
Sampai waktu ketika kau berkata, 
Bahwa kau tak tertarik dengannya. 

Kalimat itu yang membuatku berpikir, 
Apa yang membuat ia menarik? 
Ah, sepertinya memang biasa saja
Tidak sekeren ekspektasi di kepala. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melempar; terlempar

Siang yang diselingi angin sepoi-sepoi. Berjalan menyusuri jalan setapak, kemudian menaiki anak tangga. Aku sampai di atas, bersamaan pula dengan kamu yang keluar ruang laboratorium. Masih dengan kacamata minus dan jaket parka seperti biasanya. Itu pertama. Kedua kali di hari yang sama. Saat itu aku sedang duduk santai di ruang lab, bercanda dengan kawan. Kamu, memasuki ruangan, menjemput ransel di kursi belakang. Kemudian, ketiga kali. Aku hendak keluar lab, menyusuri lorong, ternyata kamu di sana. Berubah posisi dari jongkok menjadi berdiri. "Permisi, Mas," ucapku. Di lain hari, aku berjumpa denganmu yang memakai setelah rapi. Kemeja putih, celana hitam, sepatu hitam, lengkap dengan dasinya. Sewaktu aku lewat, kamu merubah posisi dari jongkok jadi berdiri. "Permisi, Mas." Selalu itu ucapku. "Permisi," ucap seseorang yang melewatiku. Aku tersadar. Memandang lagi lurus ke depan. Kemeja putih, celana hitam, sepatu hitam, lengkap dengan dasi (kali ini dasi k

Putus

Lupa. Sudah sampai mana cerita Jogja-jogja kita? Apakah tentang pertemuan di mini market dekat stasiun? Atau sudah sampai pada obrolan makan siang di trotoar malioboro? Atau malah sampai pada senja ketiga ketika aku memutuskan meninggalkanmu? Kamu jahat! Kau tahu itu. Kenapa kamu pergi? Aku takut melukaimu, Sebab, katamu aku jahat. Bodoh! Apalagi itu! Kau memang mengenalku dengan baik. Keras kepala! Sepertinya itu juga. Aku mau putus, ucapmu. Baiklah. Kau yang memutuskanku.  Kamu jahat! Aku tahu,  Kau sudah mengatakan itu tadi.

7 Days Writing Challenge - Day 2

Hari Ke - 2 ini tentang 5 binatang yang ingin aku pelihara di rumah. Nomor 1 : Adalah Sapi. Duuh mungkin ini bukan termasuk hewan peliharaan karena memang suka, tapi mungkin lebih ke kepentingan komersil. Tapi ya sudah lah, manusia juga harus bertahan hidup kan? Hal yang menyenangkan dari beternak sapi adalah melihat pertumbuhannya. Terlebih kalau itu adalah sabi betina, whoooa! Langsung jingkrak - jingkrak kamu kalau tahu saatnya ia kawin. Langsung kebayang dong kalo bentar lagi dapet sapi imut yang suka lari - larian? Nomor 2 : Aku nggak tahu apa di antara kalian ada yang minat buat punya hewan peliharaan ayam? Kebanyakan orang mungkin suka ayam pada fase masih piyik , alias baru menetas. Karena pada masa inilah ayam kelihatan lagi cantik - cantiknya dan bikin gemes. Tapi ya gitu, kalau udah gede jadi nggak semenarik dulu. Eits! tapi tunggu dulu. Beda ceritanya kalau kalian memilih ayam KT. Ia ( baca : ayam ) akan selalu tampak imut dam menggemaskan. Meskipun sudah berumu