Aku butuh waktu dengan diriku. Aku butuh jeda agar aku bisa berunding empat mata dengan jiwaku. Mengenai aku yang sudah terlampau jauh berubah. Mengenai kecewaku yang membuat aku kecewa kenapa aku harus kecewa dengan hal semacam itu.
Aku butuh waktu. Dan akhir - akhir ini waktuku tersita olehmu. Waktuku banyak digunakan untuk memikirkan kamu. Untuk itu, bolehkah kulupakan kamu? Aku hanya perlu waktu. Lagipula, memang apa bedanya aku yang memikirkanmu dengan aku yang tidak mengingatmu? Kamu bahkan tak bisa menjadi milikku. Sekarang.
Aku butuh waktu. Dan akhir - akhir ini waktuku tersita olehmu. Waktuku banyak digunakan untuk memikirkan kamu. Untuk itu, bolehkah kulupakan kamu? Aku hanya perlu waktu. Lagipula, memang apa bedanya aku yang memikirkanmu dengan aku yang tidak mengingatmu? Kamu bahkan tak bisa menjadi milikku. Sekarang.
Tapi ingatlah, akan ada hari dimana aku mengingatmu lagi. Esok atau mungkin lusa. Malam ini aku berkata seperti ini. Besok malam mungkin juga akan tetap seperti itu kalimatnya. Mungkin. Begitu seterusnya. Sampai aku selesai merajut lagi mimpiku.
Termasuk mimpi untuk bersanding denganmu, akan kujahit lagi. Kainnya sudah robek, harus ditambal dan dibenahi.
Salam,
Ra.
Yang akan merindukanmu.
Ra.
Yang akan merindukanmu.
Komentar
Posting Komentar