Kehilanganmu ternyata menggoreskan luka di hati.
Saat aku tak melihatmu berdiri disana lagi.
Aku rindu
Saat aku tak melihatmu berdiri disana lagi.
Aku rindu
Aku terlanjur mengukir nama itu.
Terpampang jelas.
Kau masih seperti yang dulu. Dengan penantian yang sama.
Takbirmu yang berat, selalu saja terlihat "mistis".
Kau yang sekarang, masih kukenal kau yang enggan beranjak dari sujudmu.
Terpampang jelas.
Kau masih seperti yang dulu. Dengan penantian yang sama.
Takbirmu yang berat, selalu saja terlihat "mistis".
Kau yang sekarang, masih kukenal kau yang enggan beranjak dari sujudmu.
Tapi waktu selalu jadi penghalang.
Suatu saat nanti, saat kata "hilang" itu benar nyata.
Aku akan merindukanmu.
Seorang ksatria bergitar dari XII IPA 4.
Yang selalu hadir dengan dua rakaat pembuka.
Suatu saat nanti, saat kata "hilang" itu benar nyata.
Aku akan merindukanmu.
Seorang ksatria bergitar dari XII IPA 4.
Yang selalu hadir dengan dua rakaat pembuka.
Jum'at jum'at berikutnya,
Aku selalu rindu senyum dibalik tetesan air wudhu itu.
Aku akan rindu jaket abu abu itu.
Gulungan celana yang kian hari kian jarang kutemui.
Aku selalu rindu senyum dibalik tetesan air wudhu itu.
Aku akan rindu jaket abu abu itu.
Gulungan celana yang kian hari kian jarang kutemui.
Aku akan rindu salam darimu di pagi enam belas juli itu,
InsyaAllah dari mulutmu,
Juga, ratusan kata yang tak kumengerti di senin itu.
InsyaAllah dari mulutmu,
Juga, ratusan kata yang tak kumengerti di senin itu.
Kau selalu misterius di belakang sana.
Dalam diam keimanan.
Dalam diam keimanan.
Dibalik takutmu, terselip kewibawaan.
Jaket itu,
Bukan kamu yang tak kumengerti,
Tapi kata yang tertulis didalamnya.
Juga bukan dia yang tak kumengerti,
Tapi dia yang tak aku ketahui.
Bukan kamu yang tak kumengerti,
Tapi kata yang tertulis didalamnya.
Juga bukan dia yang tak kumengerti,
Tapi dia yang tak aku ketahui.
Cukup jadikan aku pengagum mu
Dan jangan pernah lebih dari itu :')
Dan jangan pernah lebih dari itu :')
Komentar
Posting Komentar